Seseorang berdiri di depan warung; kikuk bertanya,
mas, anjing hitam tadi kemana?
HA???? Anjing hitam apa? Yo mbuh! di sini gak ada anjing hitam kok. Sahutku sambil nengok-nengok.
Gak ada! Tegasku lagi.
Dia keukeuh bilang lihat seekor anjing hitam masuk warung aku..
Penampilan orang tersebut preman banget: pake singlet hitam, tangan penuh tatto, pake anting2 dobel, merokok, rambut nge-punk, celana selutut sobek, sendal jepit kadaluarsa….
Secara warung lagi rame banget, aku melanjutkan ngurus pembeli yang bingung mau buang duit kemana….:D
Beberapa menit kemudian ketika ke meja kasir aku terperanjat: dibawah meja ada sesosok gede mahluk hitam.
Halah ternyata si anjing hitam sembunyi di situ.
Aku tahu anjing hitam ini.
Gede kayak herder, milik tetangga sekitar sini. Kadang melintas di depan warung.
Anjing ini gak galak dan lumayan pintar. Bisa menyebrang jalan dan setiap sore dia nongkrong di depan wedangan Erwin karena selalu diberi jatah satu kepala ayam goreng.
Aku segera memberitahu ‘ preman penuh tattoo’ yang masih kikuk berdiri di depan warung.
‘Mas…. iyo! ternyata di bawah meja sini mas! Di pendhet mawon!’ (*diambil saja)
Perhatian aku kembali tercurah ngurusin konsumen. Sekilas aku perhatikan si ‘preman’ berhasil menarik keluar anjing, mengikat lehernya dengan tali rafia, dan mengangkatnya pergi.
Pas aku bali ke meja kasir, aku liat di lantai ada ceceran cairan berwarna kuning.
Aku jadi ingat di forum fauna Kaskus yang membahas tentang penculikan anjing untuk dijual (*dijadikan sate)
Aku jadi mikir: jangan-jangan yang dilantai itu urin anjing yang terkencing-kencing ketakutan karena tahu mau diculik trus dijual dijadikan sate…
Perasaan jadi gak enak buuuanget.
Kalau bener anjing tersebut diculik dan di bunuh orang penuh tattoo itu, rasanya aku ikut berdosa karena mustinya bisa mencegahnya.
Hah! Manusia, manusia!! Kenapa seeh musti makan daging-daging yang gak ‘umum’!
Malamnya, aku gak bisa langsung tidur iba mikir anjing hitam itu.
‘mungkin sudah jadi potongan daging di atas piring’ pikirku.
hhiiiihhh!!!
mas, anjing hitam tadi kemana?
HA???? Anjing hitam apa? Yo mbuh! di sini gak ada anjing hitam kok. Sahutku sambil nengok-nengok.
Gak ada! Tegasku lagi.
Dia keukeuh bilang lihat seekor anjing hitam masuk warung aku..
Penampilan orang tersebut preman banget: pake singlet hitam, tangan penuh tatto, pake anting2 dobel, merokok, rambut nge-punk, celana selutut sobek, sendal jepit kadaluarsa….
Secara warung lagi rame banget, aku melanjutkan ngurus pembeli yang bingung mau buang duit kemana….:D
Beberapa menit kemudian ketika ke meja kasir aku terperanjat: dibawah meja ada sesosok gede mahluk hitam.
Halah ternyata si anjing hitam sembunyi di situ.
Aku tahu anjing hitam ini.
Gede kayak herder, milik tetangga sekitar sini. Kadang melintas di depan warung.
Anjing ini gak galak dan lumayan pintar. Bisa menyebrang jalan dan setiap sore dia nongkrong di depan wedangan Erwin karena selalu diberi jatah satu kepala ayam goreng.
Aku segera memberitahu ‘ preman penuh tattoo’ yang masih kikuk berdiri di depan warung.
‘Mas…. iyo! ternyata di bawah meja sini mas! Di pendhet mawon!’ (*diambil saja)
Perhatian aku kembali tercurah ngurusin konsumen. Sekilas aku perhatikan si ‘preman’ berhasil menarik keluar anjing, mengikat lehernya dengan tali rafia, dan mengangkatnya pergi.
Pas aku bali ke meja kasir, aku liat di lantai ada ceceran cairan berwarna kuning.
Aku jadi ingat di forum fauna Kaskus yang membahas tentang penculikan anjing untuk dijual (*dijadikan sate)
Aku jadi mikir: jangan-jangan yang dilantai itu urin anjing yang terkencing-kencing ketakutan karena tahu mau diculik trus dijual dijadikan sate…
Perasaan jadi gak enak buuuanget.
Kalau bener anjing tersebut diculik dan di bunuh orang penuh tattoo itu, rasanya aku ikut berdosa karena mustinya bisa mencegahnya.
Hah! Manusia, manusia!! Kenapa seeh musti makan daging-daging yang gak ‘umum’!
Malamnya, aku gak bisa langsung tidur iba mikir anjing hitam itu.
‘mungkin sudah jadi potongan daging di atas piring’ pikirku.
hhiiiihhh!!!
Seminggu kemudian aku terperanjat lagi.
Ada si anjing hitam itu di bawah meja meja kasir lagi.
Di satu sisi rasanya lega, ternyata sangkaanku salah.
Tapi di sisi lain trus aku mikir lagi, kok aku sudah prejudis. Ber syak prasangka pada si preman bertattoo itu.
Prejudis itu gak baik.
Prejudis itu gak adil, konyol, dan jahat.
Prejudis itu……. pokoknya gak baiklah!
Beberapa hari ini, beberapa kali aku lihat anjing hitam itu lewat depan warung.
Tapi mas preman penuh tatoo itu sudah gak pernah keliatan….
Wew….
Jangan jangaaaaaaannnnnn…..
Justru mas preman penuh tattoo itu yang sudah di MAKAN anjing hitam ituuuuuuu…
Hiiiiiiiiiiii!!! TIIIDAAAAAAKKKK!!!
(*hasil kebanyakan nonton film thriller)
Ada si anjing hitam itu di bawah meja meja kasir lagi.
Di satu sisi rasanya lega, ternyata sangkaanku salah.
Tapi di sisi lain trus aku mikir lagi, kok aku sudah prejudis. Ber syak prasangka pada si preman bertattoo itu.
Prejudis itu gak baik.
Prejudis itu gak adil, konyol, dan jahat.
Prejudis itu……. pokoknya gak baiklah!
Beberapa hari ini, beberapa kali aku lihat anjing hitam itu lewat depan warung.
Tapi mas preman penuh tatoo itu sudah gak pernah keliatan….
Wew….
Jangan jangaaaaaaannnnnn…..
Justru mas preman penuh tattoo itu yang sudah di MAKAN anjing hitam ituuuuuuu…
Hiiiiiiiiiiii!!! TIIIDAAAAAAKKKK!!!
(*hasil kebanyakan nonton film thriller)
No comments:
Post a Comment