Pages

Saturday, August 09, 2008

SimCard

Di jaman kakek-nenek saya dulu, hambatan teknis berkomunikasi adalah bahasa dan jarak. Tapi dijaman ini, yang katanya era teknologi dan kebanyakan orang menguasai bahasa lebih dari satu, ada saja yang menjadi faktor yang membuat ber-komunikasi lancar/tidak lancar.

Seminggu yang lalu aku ditelpon teman lama di Jakarta, Lawrence, seorang rekanan pas masih jadi arsitek.
Sesudah ngobrol ngalor ngidul dia tanya, Pau sim card kamu Simpati bukan? Supaya kalau ngobrol bisa gampang dan murah.
Bukan hanya Lawrence yang tanya kayak gitu. Para supplier, langganan, termasuk kenalan2 ga jelas biasanya juga tanya apakah provider simcard nya sama. Alasannya identik : supaya komunikasi lebih lancar. Kalau providernya beda, alih2 ngobrol, menginformasikan sesuatu hanya pake sms yang kadang jadi ga komunikatif banget.
Dulu ketika komunikasi dengan garwa masih aktif, kami sampai bela-belain beli hp Fren supaya bisa ngobrol berjam-jam.

Kemarin saya di Yogya, entah bagaimana bisa terbawa bis dan ga boleh turun sama sopirnya. Ketika sampai di Muntilan, saya berhasil membujuk pak sopir untuk bisa turun. Tapi aku ga tahu bagaimana bisa balik ke Yogya. So aku sms Titi cerita aku terdampar di Muntilan dan tanya dimana letak terminal.

1 menit
2 menit
10 menit
ga dibalas!
Aku sms lagi..
Tetep ga dibalas! Yey! Bocah ki…..


Ditengah rasa bete, tiba2 aku terbangun dan sadar aku baru saja bermimpi. Pantesan!!!
Mungkin saat itu Titi ga sedang tidur, jadi meski kami sama2 pake IM3 tetep saja ga bakal bisa ‘delivered’ antara dunia mimpi dan dan dunia nyata. Atau kalau sedang tidur dan bermimpi, dia ada di dunia mimpi beda benua. Hihihi…

No comments: