Thursday, December 31, 2009
Friday, December 18, 2009
Masalah BB
Bukan!! Bukan BB=Bau Badan!
Setelah seharian kerja keringetan pun rasanya gak pernah ada kejadian orang nyengir atau langsung pingsan dekat-dekat aku. Haha. Percaya sajalah!
Bukan BB=blackberry juga.
Gak punya. Kalau mau nekad sih bisa beli, tapi belum bisa nemu manfaatnya dan sama sekali ga tertarik.
Tapi BB= berat badan.
Aku selalu kurus. Dikeluarga paling kurus, di sekolah paling kurus. Di mana-mana rasanya paling kurus.
Meski ga sekurus Aming atau penderita kelaparan di Afrika sana.
Dulu sering merasa minder. Selalu pakai pakaian dobel: kaos t-shirt dan kemeja luar, atau kadang pake sweater meski sebenarnya panas banget! Hanya agar keliatan lebih berisi.
Ketika sudah mulai kerja dan kudu pake dasi, aku pake rompi atau jaket. Alasannya : dingin pake AC, padahal hanya agar siluet bodi lebih bervolume.
Akhir-akhir ini, aku merasa badan aku lebih bermassa, tapi ditimbang berat badan tetap sama. Dibanding kelas 2 SMA berat badan aku saat ini hanya nambah 1 kg.
Bandingkan dengan si “R” yang bau matahari dan ternyata ga punya KTP itu; baru kerja setahun saja sudah nambah 6 kg (*atau malah 10 kg ya?)
Trus aku tanya sama Yuda, lah kalau aku: selama ini makanan yang dimakan itu kemana larinya. Jawab Yuda dengan cool-nya: 'oh, makanan itu hanya untuk hiburan badan mas Pras!'
*gubrak! Hahaha…plis deh!
Kayaknya selama hidup ga akan bisa punya bodi gym-fit, meski minum L-Men, Weight Gain atau minum minyak goreng 2 liter sehari. Tapi sekarang sudah ga mikir soal badan yang kurus. Ga lagi kuatir keliatan ceking kalau pake kaos. Yang penting ga pake singlet; bisa-bisa dikejar anjing dikirain setumpuk tulang.
Sebenarnya banyak sisi positif berat badan yang cungkring:
Tidak harus buang duit dan cape2 ikut aerobik hanya untuk menurunkan berat badan. Gak kudu seperti orang lain mengeluh perutnya yang persis tambur, dan sibuk pake korset agar lingkar pinggang mengecil.
*tapi tetep pengen nambah berat badan, (kata seseorang) kalau dipeluk kurang mantep!
Sunday, December 06, 2009
Nug, Yuda, dan Ridho
Penting!!!
Facebook memberi fasilitas notifikasi ultah orang-orang yang ada di friendlist.
Padahal urusan ultah ini menurutku bikin repot saja. Apalagi kalau aku yang diberi ucapan; males banget karena rasanya seperti formalitas dan kadang jadi kayak basa-basi.
Mangkanya aku juga ga pernah nulis ‘happy birthday’ di facebook.
Tanggal ultah aku di fb, tiap bulan aku tendang ke depan terus, sehingga gak pernah nyampai harinya.
Hari ini aku merasa aman, tidak akan harus repot urusan membalas sms ucapan ‘happy birthday’ atau menerima todongan makan-makan so on.
Beberapa hari ini pulsa habis pun juga ga beli. Aku pikir, toh kalau mama dan adik2 biasanya mereka telpon.
Malah sempat lupa hari ini aku genap 81 tahun :D
Tapi aku salah, masih saja ada 3 ucapan
Pagi-pagi si Nug aka Wawan sudah sms: Morning birthday boy :) Just wish u a prosperous life, good health, & succes 4 ur work, Wish u all the best ‘spanking’ of the year :D Cheers n GBU.
Kenal Nug di chanell "rawa-rawa", orang marketing yang nyambi jual asuransi. ketemu cuma sekali di Jakarta, tapi kadang lumayan intens sms dan dan komunikasi via message di fb. Meski kemarin sempat sebel gara kasus sms “are you happy?”
Rada sore si Yuda sms Happy birthday!!! Wishing you all the very best hapiness…
Si Yuda ini yang meracuni aku punya kucing persia, punya blog keren yang fansnya ada dimana2 (paling ga lama lagi diterbitkan jadi buku hehe), jadi PNS bukan karena katabelece tapi isi benaknya yang berwarna stainless steel itu, shopaholic dan tukang nyanyi. Belum pernah ketemu. Tapi bagi aku dalam beberapa hal dia inspirator dalam hidup.
Malamnya si Riza ‘Patrick’ Rido sms : Sugeng Ambal Warso! Mugi tansah binerkahan! :D
Kenal Ridho ini sudah rada lama, ketemu pertama kali tepat setahun yang lalu, di Pizza HUT meski bukan untuk makan-makan ultah aku, tapi dalam rangka aku “nangis darah” karena paginya berdiri di kereta api surabaya-solo sambil 'mengunyah hati' Teman yang bisa diandalkan dalam banyak situasi, meski kadang bawel. haha.
Hanya 3 orang. Tapi aku kagum dengan perhatian 3 orang ini.
Ini diluar perkiraan; melebihi dari yang saya perlukan!
More than I ever need.
Nug, Yud, Dho;
I thank you all personally by message at Facebook.
Maaf ga punya pulsa balas. Tapi aku masih perlu mencatat di blog hidup saya ini.
Hehe…thank’s, terima kasih, dan matur nuwun.
Kalian tahu ini bukan basa-basi.
Apapun itu; yang cuma sedikit biasanya sangat mahal.
Hari ini aku menerima 3 hadiah yang mahal dan tidak ternilai.
6 Desember 2009
Tuesday, December 01, 2009
AMIN !
Banget!
Tapi misalnya tiap kali pergi makan bareng dengan teman-teman gereja, selalu heboh.
Bagaimana tidak…..
Sebelum makan, methodically mereka melipat tangan, merem dan mengucap syukur bagi makanan yang terhidang, berdoa bagi orang yang sudah menyiapkan makanan itu, berdoa bagi orang yang kekurangan makan, berdoa agar makanan itu bermanfaat bagi kesehatan…dstnya….
Sementara aku langsung hap! Nyam nyam nyam….
Mereka selesai berdoa, aku selesai makan.
Hahaha….
Kalau berdoa sebelum makan dijadikan ukuran, jelas religiusitas dan iman saya masih ndlosor.
Tapi diujung hari, se-ngantuk or se-lelah apapun; ga akan bisa tidur sebelum duduk berdoa; membuka percakapan dengan Tuhan untuk menyerahkan segala keberadaan diri: rasa syukur–kekuatiran; sukacita–kepedihan; kerinduan–rasa geram; juga orang-orang yang paling berharga di kehidupan yang selalu disebut satu persatu: mama dan papa; adik-adik: Ay, Irawan, Wik, Nyo, Linda, Iwan, Paolien; keponakan: Moses, Lia, Johan, Micha; juga seorang tante yang tinggal bersama kami.
Kadang-kadang juga pesan sponsor: teman yang nitip doa, situasi masyarakat, serta tiket AirAsia yang sekarang pake convinience fee! Huhuhu…
Sesaat sebelum tidur adalah saat dimana aku biasanya dalam keadaan tenang dan bisa menyerahkan jiwa dan pikiran hanya untuk bercakap dengan Tuhan; ga mikir lainnya.
Ada juga saat ketika pengen chatting dengan Tuhan tapi merasa, “mau ngomong apa ya sama Tuhan?”
Kalau sudah demikian, cuma ada doa andalan: doa yang sudah Kristus ajarkan:
Di Kuduskanlah nama Mu
Datanglah KerajaanMu
Jadilah kehendakMu:
dibumi seperti di surga
Berikanlah kami pada hari ini,
makanan kami yang secukupnya
Dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
Seperti kami juga mengampuni
orang yang bersalah pada kami.
Janganlah bawa kami dalam pencobaan
Tapi lepaskan kami dari yang jahat
Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan,
Kuasa dan Kemuliaan sampai selama-lamanya.
Friday, November 27, 2009
RuKo - 11 November 2009
Sehari sebelumnya jalan kaki entah seberapa jauh dengan rasa excitement luar biasa - nyaris ecstasy- yang meluap motret facade ruko-ruko berasitektur Neo-Klasik, Gothic, Modern, Romantic, Peranakan; di daerah Somerset, Chinatown, dan Clarke Quay.
Bagi orang lain, ini cuma ruko-ruko biasa, tapi di mata aku kayak sebaskom Sprite dingin setelah puasa minum 2 hari. haha.
Beberapa diantaranya:
WAW!!!!
Wednesday, November 25, 2009
So You Think You Can Dance
Aku hanya pengen berbagi cerita saja sama dia. Kalau pake sms bikin hape konslet.
So, here it is.
Akhir september kemarin di Servis24, dibentuk divisi baru: Mobile Support.
Fungsinya lebih pada operasional antar-jemput, kunjungan dealer harian, dsbnya; yang tidak membutuhkan kualifikasi skill teknik; ibarat mantan loper koran juga oke!
Aku mendapat beberapa rekomendasi personil, salah satunya bernama Edi.
Edi lahir tahun 1986 di Wonogiri. Sekolah hanya sampai SMP karena ga punya biaya. Sempat jadi buruh bangunan selama 2 tahun di Wonogiri kemudian mendapat pekerjaan di sebuah pabrik di Bekasi.
3 tahun kemudian diterima di sebuah café di bekasi juga; sebagai tukang bersih-bersih, dilatih dan akhirnya menjadi barista dan koki untuk bagian desert.
(Dari Edi ini saya tahu ekstraksi kopi espresso yang optimal seharusnya sekitar 22 detik!)
Gaji terakhirnya 1,5 juta belum termasuk bonus dan tips. Catet!: lulusan smp loh! Bukan Sarjana!
Namun setelah lebaran kemarin dia dan isterinya memutuskan keluar dari pekerjaan mereka masing-masing dan kembali ke Solo, bahkan sebelum ada pekerjaan pengganti.
Bagi aku ini situasi yang aneh.
Ketika aku tanyakan tentang hal ini, dia menjawab:
Saya harus lebih dekat dengan ibu saya yang sudah sepuh. Belum lama ini ibu saya menjalani operasi (*aku lupa penyakit apa). Kalau saya tinggal di Solo, saya bisa lebih sering mengunjungi ibu saya.
Sementara belum mendapat pekerjaan, saya akan membantu di bengkel sepeda motor saudara ipar saya.
Trus aku coba tanyakan rencana hidupnya. Dia menjawab,
Ketika saya mulai bekerja, saya pengen bisa memiliki motor sendiri dan menikahi pacar saya sejak SMP. Itu sudah berhasil saya capai.
Nantinya saya pengen punya usaha warung di kampung saya. Bukan warung besar, cukup yang kecil tapi komplit. Namun saya belum punya modalnya.
Saat ini rencana saya berikutnya adalah punya rumah sendiri.
Saya mangut-mangut, lumayan juga orang ini. Kebanyakan orang seusia dia masih mikir "bagaimana caranya beli blekberi", tapi dia sudah sampai tahap punya rumah.
Mas Edi punya rencana hidup yang terskenario rapi. Bagus itu! Kerja yang tekun agar bisa menabung untuk beli rumah, dan modal warung, respon aku
Jawab dia lagi:
Selama ini sebagian uang gaji saya kirim ke kampung dan alhamdulillah saya sudah punya tanah ‘sedikit’ di kampung.
Kalau demikian, tinggal nabung untuk ngumpulin bahan bangunannya…kata saya lagi.
Tapi jawaban dia menggebrak perhatian aku:
Alhamdulillah, saya selama ini juga sudah nabung kayu, pasir, besi dan bahkan batu bata. Saya hanya belum punya semen.
Kalau untuk pembangunannya, saya dan saudara kandung serta ipar sudah sepakat untuk gotong royong tenaga bergiliran membangun rumah. Kebetulan kami semua pernah bekerja sebagai tenaga di proyek.
Orang buta pun dapat melihat sinar bangga dari matanya, ketika dia mengatakan hal ini.
Waw!
Aku jadi mikir, berapa banyak orang seusia dia yang saat ini punya motor, isteri yang dipacarinya sejak smp, sebidang tanah, batu, pasir, kayu, batu bata……
Kemarin di Cikeas, eh maksud saya di Cikarang; interview beberapa orang lagi untuk posisi yang sama. Salah satunya bernama Joko. (*sumpah! namanya asli Joko); Orang Mlati-Sleman. Usianya lebih muda lagi. Lulusan D1 teknik mesin di Yogya. Belum menikah dan belum punya ‘batu bata and the gang”. Tapi aku menangkap semangat dan determinasi yang sama.
Seneng banget liat orang-orang muda yang tahu pasti apa yang harus dituju dalam hidupnya, konsisten dan fokus mencapainya.
Punya gambaran yang realistik tentang kehidupan yang dibangunnya, bukan sekedar: ‘jadi orang, hidup mapan, berguna bagi bangsa dan negara...'
Yang tidak mobat-mabit terbawa arus emosional.
Yang tidak ditekuk nasib, tapi MEMILIH membentuk hidup yang jauh lebih baik daripada orang kebanyakan.
Apakah mungkin karena mereka berpendidikan rendah sehingga justru cara pikirnya pun praktis?
Beberapa hari yang lalu status pesbuk si “R” teman saya ini, tertulis sebuah quote dari Rick Warren. Semoga itu karena dia sudah baca bukunya “Purpose Driven Life”, bukan karena nemu di status orang lain. Hehe. ….
Ehm, tapi aku jadi mikir: ibarat reality show nge-dance, pada akhirnya kehidupan juga menilai dari bagaimana saya menari; apakah saya menari diiringi sebuah lagu, atau sebaliknya saya menari untuk menjadi ilustrasi sebuah lagu.
So, you think you can dance?
Tuesday, November 17, 2009
gila 2012...atau 2010 ?
Aku baru saja melakukan test kewarasan.
Aku susuri deretan film yang dipajang; ga nemu.
Sengaja aku dekati mbak penjaga yang keliatan paling lugu.
Berikutnya adalah percakapan kami yang sengaja aku lakukan dengan suara rada keras
mbak, film duaribu duabelas sudah ada?
belum ada mas
wah kok belum ada... (dengan muka polos) kalau yang 2011 ada?
(*muka mbaknya jadi aneh)...ya gak ada!
(*sebagian orang di toko Metta mulai melihat ke kami)
ooo.... kalau 2010..ada?
(*saat ini semua pengunjung toko takjub liat aku)
(*muka mbaknya berkerut aneh)
yaaa...gak adaaaa....maaaasss!
Semua ngakak.
aku tampilkan mimik muka tanpa dosa ngloyor pulang.
sampai rumah aku ngakak sendiri. HAHAHAHAHA........
(*ga tahu apa artinya aku masih waras atau mulai gila)
Sunday, November 15, 2009
Bu Prapto
Aku lumayan sering beli. Selain aku suka nasi liwetnya si ibu juga lumayan ‘gaul’; bisa diajak ngomong ringan soal wacana-wacana sosio-politik dan hal-hal aktual lainnya. Kalau sudah ngomongin pemerintah, gayanya bisa ngalahin pengacara batak yang jadi artis itu. haha
Setiap jam 4 sore, sang suami datang lebih dahulu untuk menyiapkan meja, tikar, mengatur gelas+piring, memasang layar, dan menyiapkan panci berisi perlengkapan nasi liwet.
Pak Prapto ini sudah tua, giginya ompong semua. Sepintas seperti orang gagu.
Selama menemani istrinya berjualan, tugasnya hanya membuat minum dengan tertatih-tatih. Kadang diomelin istrinya kalau salah bikin pesanan. Tapi si suami dieeeem…saja.
Setiap kali aku ajak bicara cuma mangut-mangut, paling berkata, “nggih mas”.
Kira-kira 4 bulan yang lalu, tiba-tiba bu Prapto ga pernah jualan lagi. Bolak-balik aku ke tempat dia berjualan tapi selalu kecele. Hingga 1 minggu sebelum puasa kemarin, iseng aku lewat tempat bu Prapto yang ternyata malam itu jualan. Sendirian.
Aku langsung duduk di hadapannya dan protes. Percakapan kami selanjutnya tetap dalam bahasa jawa halus, kira2 begini : Waduh bu, njenengan niku wonten menopo kok sampun dangu mboten mande (ibu, ada apa gerangan kok lama ga jualan)
Sambil meracik nasi untuk saya, Ibu Prapto bercerita, Iya mas! Saya baru mulai jualan hari ini. 1 bulan yang lalu bapak meninggal. Saya sangat terpukul dan sebenarnya belum merasa sanggup jualan lagi. Tapi saya memaksakan diri agar tidak semakin larut dalam kesedihan.
Ibu Prapto kemudian menceritakan peristiwa meninggalnya suaminya. Sambil beberapa kali mengusap matanya yang memerah. Kalau pas banyak pembeli, saya bisa mengalihkan perhatian, tapi kalau pas tidak ada pembeli, dada saya terasa sakit sekali ingat bapak. Lanjutnya lagi.
Waktu aku datang memang si ibu sendirian tidak ada pembeli atau orang lain. Sepi.
Aku diam saja menyuap nasi. Aku ga pernah suka dan selalu berusaha menghindar situasi kayak gini.
Si ibu sesekali mengusap mata dengan sapu tangan. Untung ga ada pembeli lain. Bisa-bisa dikirain aku makan nasi liwet telur dan paha ayam trus ga mau bayar. Huhuhu…
Seketika selesai suapan terakhir, aku langsung berlari kembali ke toko, mengambil radio yang paling bagus, melengkapi dengan batu baterai baru, dan kembali ke tempat Bu Prapto.
Aku menunggu bu Prapto selesai melayani beberapa pembeli. Setelah itu aku berkata, (pake bahasa jawa lagi) Ibu, Ini cuma radio biasa, tentu saja ga bisa menggantikan bapak, tapi semoga bisa jadi hiburan kalau ibu sedang merasa sedih.
Aku nyalakan radio itu dan menunjukkan cara pengoperasiannya.
Sontak ibunya malah menangis tersedu-sedu.
Mas, anda ga tahu bagaimana sedih dan sakitnya hati ketika kita kehilangan pasangan hidup. Meskipun suami saya sudah tua dan tidak bisa memberi saya apa-apa, tapi saya sangat mengasihinya. Bagi saya cukup punya dia yang bisa menjadi tempat saya berbagi keluh, teman berbicara ketika anak dan cucu sibuk sendiri2, setiap malam membicarakan hari yang baru saja kami lalui……...
Sekarang saya sendiri. Menjalani hidup sendiri.
Terima kasih mas. Pasti mas ga tahu rasa syukur saya diberi radio ini. Sebelum bapak meninggal, sebenarnya kami sudah punya rencana beli radio untuk mendengar siaran wayang malam hari. Jadi, terima kasih ya mas.
Si ibu berusaha menahan tangis, tapi air mata dan sedannya tidak tersembunyikan.
Saya hanya tersenyum dan ngomong beberapa kalimat penguatan.
Berusaha mengajaknya bercanda; Ya sudah, kalau gitu radio ini jangan diberikan orang lain ya, jangan dijual, pokok-nya ini hanya untuk hiburan ibu pas jualan atau di rumah.
Sambil masih menangis, si ibu berkata! Tidak akan mas! Saya sungguh menghargai pemberian mas! Radio ini akan menjadi barang kesayangan saya. Terima kasih sudah memberikan simpati dan berusaha meringankan kesedihan saya.
Sekali lagi, aku ga suka situasi kayak gini, mangkanya setelah meletakkan uang nasi liwet, aku pamit pulang.
Ah, Aku memang ga tahu apakah radio itu bisa menghiburnya, tapi aku tahu rasa sedih dan nyeri ketika kehilangan bojo, belahan jiwa, seseorang yang kita kasihi.
It was so sad and painfull, and trust me: it is now still sad and painfull.
Saturday, November 07, 2009
5 Tahun Yang Lalu
Sampai-sampai hulubalang kerajaan harus tergopoh-gopoh beli sesajen kembang 12 rupa dan coklat toblerone 3 batang untuk membuat aku waras kembali. haha
Tapi kemarin, aku cuma bergumam, “huh? Gitu ya. Saya kok ga minat. Tapi coba nanti saya tanya adik atau papa saya barangkali mereka mau pergi.”
Aku jelas emoh kalau ikut wisata rombongan gitu, pasti kayak bebek di giring-kesana-kesini…
Dengan perjalanan swa-kelola (tidak memakai biro jasa) excitement perjalanan bahkan sudah dimulai sejak menentukan tujuan, berburu tiket, penginapan, mencari informasi tujuan, dan seterusnya.
Selain itu perjalanan swa-kelola juga jauh lebih bebas dan murah. Bayangkan saja November ini aku punya tiket promo AirAsia JOG-CGK cuma IDR 12 ribu pulang-pergi. Seandainya dulu aku juga beli tiket promo CGK-Singapore, harganya cuma IDR 220 ribu pulang-pergi.
Berarti punya duit 500 ribu udah bisa backpacking ke Singapore.
Kalau papa atau adik juga ga mau pergi, mending aku minta bonusnya duit saja. Lumayan! Aku lihat di koran, paket tour serupa harganya IDR 12-15 jutaan!!!
Tahun depan bisa ke NEPAL!!. Huhu…
Atau….
Untuk modal buka cabang di Kebumen dan Purwokerto….
Kemarin siang: aku, mbak Ana dan mas Slamet ke Yogya menemui pembesar produsen elektronik yang lain, untuk melakukan follow-up kerjasama dengan Servis24. Hasilnya sangat baik. Bahkan kami diberi kesempatan membuka pelayanan di Purworejo, Gombong, Kebumen dan Purwokerto.
WAW!!!
5 tahun yang lalu: 15 Oktober 2004 Servis24 didirikan: Saat itu tidak pernah terbayangkan perkembangan Servis24 saat ini. Dibandingkan semester pertama, tingkat pemasukan saat ini sudah mencapai hampir 70 kali! Itu sama dengan 7000 persen!
Jadi mikir: ke Nepal atau buka 2 kantor cabang?......
Hidup adalah pilihan tho?
Huhu…..
(blog ini ternyata juga sudah berusia 5 tahun!)
Wednesday, October 28, 2009
Unyeng Unyeng
Jadi ingat waktu masih kecil.
Waktu itu rambut aku biasa dipotong cepak. Trus kalau ada orang dewasa berdiri di belakang pasti langsung bilang, "wah unyeng-unyeng Pau ada dua! pasti nakal!"
plis deh!
Tapi sudah jadi legenda kalau manusia berunyeng-unyeng lebih dari satu pasti nakal+bandel+liar!
Konon orang Bali percaya anak ber unyeng-unyeng dua, lahir bersamaan dengan monyet; mangkanya nakal bukan main.
Tapi yang jelas aku ngakunya waktu kecil bukan anak nakal. Moses juga ga nakal malah termasuk cerdas, kreatif, dan imajinatif persis oom nya ini. hahaha...
Katanya lagi ada yang unyeng-unyengnya 3, 4, bahkan 6! trus njuk koyo opo ya sirah-e?
huhuhu....
Saturday, October 17, 2009
[Cat Per] KL-Bkk Juli 2009
Pertengahan Juli 2009 yang lalu jadwal mama untuk medical check ke KL lagi.
Momen ini aku persiapkan untuk sekalian mengajak Wik dan Tio. Harapannya bisa mengulang perjalanan kami berempat di tahun 2007 yang lalu. Sempat terpikir: keren juga kalau dijadikan rutin, ditulis, trus diterbitkan dengan judul: The Path of 4 Explorers : Jejak 4 Penjelajah Kehidupan.
hehe.
Secara pergi ke KL sudah kayak ke warung sebelah, blas sudah ga ada excitement-nya, sudah bosan malah; kali ini aku berencana mengajak mereka ke Bangkok, Thailand : The Land of Budha.Tiket pesawat dan hotel sudah mulai dibeli sejak bulan Januari 2009. Kebetulan pada waktu itu ada promo Malaysian Airline dan Tune Hotel. Tapi Mama dan Wik baru tahu rencana ke Bangkok 2 hari menjelang berangkat. Hehe bikin kejutan ceritanya, juga supaya keluarga ga heboh dengan fenomena flu babi dan kondisi moneter dunia.
Perjalanan kali ini lebih ‘flashy’ karena ngajak mama; hotel upper-range (*tapi dapet murah banget karena ada promo) dan dekat moda transportasi, serta itinerary kudu elder-person-friendly. Daripada diajak nonton situs sejarah, rasanya lebih cocok mengamati ‘urban-scene’ (alias: shopping!)
Ndilalah kurs Rupiah menguat banyak: 1 Bath cuma IDR 290…. (Maret lalu sempat diposisi IDR 325) Lumayan tho!!
Meski demikian, total biaya perjalanan kali ini tetap murah, bahkan bila dibanding jalan-jalan di Jakarta.
Pada akhirnya juga ada beberapa perubahan: dapat hotel yg lebih baik, dan Tio ga ikut. Tapi perjalanan kali ini dapat menjadi momen yang utuh untuk nyenengin mama dan adik serta memberi inspirasi luar biasa bagi kehidupan dan pekerjaaan.
Catatan perjalanan kali ini panjang banget, jadi dibuat menjadi beberapa bagian.
Klik tiap subyek dibawah untuk catatan detailnya.
Our Itinerary 13-15 July
Our Itinerary 16-17 July
Our Itinerary 18-19 July
Our Beds
Our Foods
Our Flights
.
Friday, October 09, 2009
...not that simple : "Are You Happy?"
Punya no telpon yang belum terpublikasi membuat aku jadi pengen iseng, sms ke belasan orang dengan sebuah pertanyaan sama: "Are You Happy?"
Beberapa langsung menjawab:
Absolutelly!
I’m always happy.. How about You?
Yes!! Sure!
Yess!! Siapa nih?
I’m happy, Alhamdulliah!
etc
Beberapa lagi merespon:
??
Siapa neh!
Sopo iki?
It’s a simple question, just answer: are you happy?
Semua menjawab dengan jawaban senada :
Tapi yang awalnya iseng, aku jadi berpikir:
Bisa jadi pertanyaan ‘are you happy’ bukan pertanyaan sederhana, setidaknya lebih sulit menjawab pertanyaan ini dibanding pertanyaan : sudah makan? Sudah mandi?
Ga ada tolok ukur yang
Jawaban pertanyaan ini juga tergantung pada sipenanya:
Misal kalau dia musuh, saingan, atau mantan suami/istri, jawabannya kudu "YESS!!" (*gengsi dong kalau ketahuan oleh mantan bahwa kita ga happy!)
Kalau dia pacar yang sedang digila-gilain, kudu jawab “YES I’m Happy” juga, supaya dia ga lari.
Kalau dia orang yang mau kita porotin: ada baiknya jawab “I’m not happy now” agar di happy-happy-in : diajak jalan2 ke Athena, dibeliin netbook paling anyar, ditambahin duit bulanannya, dibeliin permen…. Pokok-e supaya dapat porotan lebih banyak!
Hehehe… ruwet juga ya!. Mbuhlah!
Tapi ada satu respon menarik yang aku dapatkan.
Sebut saja dia Joko; dia membalas pertanyaan aku dengan dengan sms : Who’s this?
Aku jawab : Someone with a decent curiosity
Jawaban Joko (aku salin persis sms dia)
You are not DECENT. When you say SOMEONE. Dasar bego! Klo ga ngerti inggris, ga usah sok2
Huhuhuhu….
Nggak ngerti dimana kesalahan kalimat aku, yang aku tahu selama ini Joko adalah seorang yang sangat sopan, pintar, penuh perhatian, rendah hati, punya kegiatan keagamaan seabreg, dan ga pernah ngomong kasar.
Joko ini juga adalah salah satu dari 3 orang yang mencantumkan nama aku di halaman pengantar skripsi studinya.
Aku sambil periksa beberapa kali, aku ga salah nomor kirim sms, ini benar-benar no si Joko.
Jadi alih2 tersinggung, aku balas :
Hehe… Ini Pras alias Paulus dari Solo. Maaf bahasa inggris saya memang jelek. Kayaknya kamu sedang tidak happy ya.
Ndilalah trus aku ada tamu, aku masukin hape ke laci.
Kira-kira 1 jam kemudian, aku baru pegang hape itu lagi.
Hahaha… Kasihan Joko. Dia pasti kaget banget dan tengsin luar biasa!
Pernyataan "I’m Happy" or "I’m not Happy" bisa jadi juga merupakan bagian dari pakaian dan topeng yang kita pakai sehari2 untuk membentuk citra diri yang ingin kita tampilkan.
Ketika tidak hati2 memberikan respon, citra diri bisa-bisa buyar.
So, kalau aku yang ditanya : Are You Happy ?
Jawab aku : Well, depends! How much you’ll pay me, Sir?
Hahaha..
Wednesday, October 07, 2009
The Good, The Bad, and The Ugly
Warung rame luar biasa. Berjubel orang beli teve, mesin cuci, kulkas. Apalagi yang beli barang-barang kecil kayak dvd player, rice cooker, kipas angin; sampai kudu antri dilayani.
THE GOOD
Usianya paling belum sampai 30, mas-mas gitulah! Dari pakaian dan bau parfumnya keliatan pasti bukan orang Solo.
Mas, teve 21’ flat yang lumayan, berapa ya?
Ada merk Niko mulai harga 775 ribu, ada Sanyo mulai 950 ribu atau LG mulai 1 juta.
Saya mau beliin bude saya, jangan terlalu murah tapi bagus dan garansinya gampang, rekomendasinya apa?
Kalau gitu, Sanyo saja! Mas liat sendiri gambarnya juga bagus kok!
Seandainya jadi, ini mau dikirim atau dibawa sendiri?
Bawa sendiri saja. Saya bawa mobil jeep kok. Harga net berapa?
900 ribu saja.
Ya sudah! kalau ada minta yang masih segel ya!
Sip! Saya siapkan barangnya.
TV Sanyo 21 tipe SF harga 900 ribu, artinya aku hanya untung 16 ribuan. Meski demikian aku senang karena konsumennya gampang + ga rewel, dan yang paling utama: untuk budenya dia ga pelit!
THE BAD
Mas, teve 14’ yang paluuuuing murah berapa?
Tanya seorang bapak2 usia 40-an, item, berjaket kulit diikuti istrinya (*mustinya!) dan seorang anak umur 8 tahunan.
Ada Niko 550 ribu, Sanyo 650 ribu atau Mytron teve rekondisi hanya 450 ribu. Saya cobain ya, nanti bapak liat sendiri gambarnya
Setelah 3 teve itu saya nyalain, sianak nunjuk yang merk Niko ngomong,
Yang ini saja bu, gambarnya bagus.
Si ibu yang diajak ngomong, menjawab:
Halah tivi ini khan cuma untuk simbah mu, ga usah yang bagus-bagus, yang paluuuiing murah wae!
Si bapak tanya lagi: Harga pasnya berapa?
Aku jawab: Niko dipotong 25 ribu jadi 525 ribu tapi Mytron ga bisa kurang lagi; 450 ribu!
Akhirnya mereka beli Mytron harga 450 ribu. Aku untung 70 ribu. Sendainya mereka beli Niko dengan harga 525 ribu aku hanya untung 27 ribu. Aku puas bisa “nggorok” (*mengambil laba banyak) dari sepasang suami istri ini! Beli teve buat ortunya sendiri kok pelit!
THE UGLY
Waktu pasangan muda melihat aku melepas TV Sanyo (*bawa sendiri) dengan potongan 50 ribu; mereka tanya,
Pak, kalau LG nya saya bawa sendiri juga, dipotong 50 ribu juga ya!
Aku untung 40 ribu.
Sibapak dan sianak? Itu akan jadi cerita konyol tersendiri berikutnya.
Monday, September 28, 2009
Revitalisasi Pasar Antik Windujenar
Tersembunyi dibalik deretan kios ini terdapat pasar barang antik : Pasar Triwindu yang sebenarnya sudah dikenal banyak turis asing dan domestik. Salah satu "harta terpendam"nya adalah kaset-kaset lawas yang mungkin sudah ga beredar lagi.
Adalah pemerintah kota Solo saat ini: walikota Jokowi dan wakilnya FX Rudy yang punya visi penataan dan revitalisasi lokasi-lokasi di Kota Solo yang tidak saja mempercantik kota namun juga memicu peluang pertumbuhan ekonomi.
Salah satunya adalah area pasar Triwindu ini.
Penataan dilakukan dengan relokasi kios-kios elektronik, buku, dll ke sebuah gedung "Ngarsapura" (*belum sempat motret) dan menjadikan lahan bekas kios-kios tersebut ruang-ruang yang dapat digunakan wadah terbuka masyarakat Solo.
Konon area ini akan dijadikan semacam 'pasar malam'. Beberapa kali lewat daerah ini memang diadakan semacam bazaar, dsbnya.
Pasar Triwindu sendiri juga dipugar dan dibangun keren. (*belum sempat masuk juga) dan sekarang bernama Pasar Windujenar
Semalam habis nutup warung, jalan-jalan sendiri bawa kamera. Sampai di lokasi sudah jam 2100 lebih tapi masih lumayan penuh orang narsis.
Disini dulu ada yang jualan gudeg ceker. Pernah pacaran sama garwa disini (*rasanya baru kemarin malam)
Pasar Windujenar Solo
Detail Lampu Jalan. Apik yo!
Solo memang indah.
Saturday, September 26, 2009
Dr. Cai Ming Jie Ph. D (Tukar Nasib Part 2)
Kualifikasi seorang Dr. Cai menjadi impian dan doa banyak orang: pintar, gelar maksimal dari universitas ternama, serta jabatan mantab di institusi kelas dunia. Sebagai peneliti kelas dunia, karya ilmiahnya sudah banyak terdokumentasikan di Web of Science.
Semua orang pasti akan berpendapat saat ini Dr. Cai sudah bisa mencapai fase aktualisasi diri ala diagram Maslow. “Mustinya” soal materi ga akan jadi masalah! Dr. Cai akan bisa kerja dimanapun dia mau, universitas top markotop pasti akan rebutan Dr. Cai sebagai kepala departemen R&D nya atau minimal dosen.
Ga usah lewat test penerimaan CPNS, negara manapun pasti mau merekrutnya; secara profesi bidang bioteknologi adalah bidang yang prospeknya bagus dan sangat diperlukan (*katanya sih).
Dr Cai Ming Jie PhD tidak sendirian.
Douglas Prasher menghadapi situasi yang sama.
Ilmuwan peneliti Amerika ini berhasil mengisolasi gen yang bisa menghasilkan protein bersinar hijau dan nyaris meraih penghargaan Nobel 2008.
Prasher pindah dari sebuah lembaga penelitian ke lembaga lain ketika dana penelitiannya habis. Pada akhirnya ia berhenti menggeluti sains, dan beralih menjadi sopir antar-jemput di Alabama .
Kenapa bisa begitu ?
Hehe…sekali lagi, once more, sepindah malih:
setiap hari dunia berubah, kawan!
Demikian pula paradigma kehidupan.
Di masa lalu seseorang akan memilih sebuah bidang studi, kemudian fokus pada bidang itu hingga menjadi profesi. Kuliah di kedokteran ya jadi dokter, kuliah di arsitektur ya jadi arsitek, kuliah di fakultas ekonomi kalau ga jadi akuntan ya jadi marketer asuransi…(*plak!)
Namun situasi dan sistem ekonomi dunia, filosofi bisnis, peta politis, sistem ketenaga kerjaan dstnya mengubah dunia kerja. Antara lain: saat ini lebih dibutuhkan seseorang yang bisa mengerjakan beberapa keahlian sekaligus: akuntansi dan hukum; komputer dan bisnis, mekanikal dan marketing……
(*mangkanya dulu aku selalu bilang: les bahas inggris yang serius!!)
Pola ikatan kerja juga sudah berubah. Idealisme ‘pekerja tetap seumur hidup’ dan jadi PNS mustinya hanya pantas menjadi paradigma kehidupan orang2 yang hidup di tahun 70-an. Pola out-sourcing seharusnya justru menjadi bentuk ikatan kerja yang bisa menguntungkan semua pihak.
Bisa dipastikan yang teriak-teriak mengutuk ikatan kontrak dan out source adalah tenaga kerja dengan daya saing, daya juang dan utilitas rendah.
Karena di era globalisasi ini, bisnis-bisnis model lama bisa hilang sekejap dalam satu malam, kemudian muncul bisnis yang baru, yang menjadi masalah bagi mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri.
Apakah itu kemudian berarti :
- ga usah kuliah tinggi-tinggi
- jalani saja yang ada sekarang, besok urusannya dipikir besok
- nglamar kerja jadi arsitek, at the same time juga nglamar kerja jadi dosen
- cukup dengan bentuk usaha dan bisnis yang ada sekarang
ya gak gitulah! Bodoh!
Kalau orang sekelas Dr. Cai saja akhirnya hanya menjadi supir taksi, bagaimana dengan kesempatan karier yang bisa diperoleh sesorang yang kerjaannya hanya ngapdet status di pesbuk melulu…
Kehidupan di era global ini berubah dengan cepat dan serba tak terduga. Karena itu diperlukan fleksibilitas tinggi dalam menghadapi perubahan ini. Dan fleksibilitas itu terbentuk dari kemampuan akademis yang baik, serta karakter pribadi yang terlatih.
(tapi beda loh ‘fleksibilitas’ dengan ‘plin-plan’)
"Pengalaman adalah raja," seharusnya menjadi slogan dekade ini. Dan seharusnya seseorang mau mendapatkannya meski dengan magang tanpa bayaran.
Satu lagi, manifestasi ‘mensyukuri’ kehidupan yang sudah dilakoni saat ini. Adakah itu dengan suatu tanggung jawab menjalani sepenuh Hati, atau sekedar ‘kembang bibir’.
Belajar dari kasus Dr. Cai, sebagai ‘pengelola warung’ aku juga berusaha melihat pola perdagangan, pelayanan jasa, employment, serta penanganan bisnis pada tahun 5-10 tahun yang akan datang.
Meski jadi supir taksi bukan pekerjaan buruk, tapi aku lebih senang jadi penumpang. Penumpang pesawat. Hehe…
Blog si Dr. Cai klik di sini.
(keren ya si Cai ini : supir taksi bergelar PhD, punya blog lagi!)hehe...
Monday, September 07, 2009
Tukar Nasib... Mau?
Mas, dari sini ada ga sih kereta ke Cikarang? Tanya aku ke penjual air kemasan untuk batalin puasa Aming dan Purbo.
Gak ah! Ntar kalau ada pemeriksaan malah masuk Buser di tivi! sengir aku. Lagian tiket juga murah banget! Cuma 1500 rupiah!
Ga sampai 3 menit keretanya datang.
Ya Tuhan!!!!! Ini sih bukan ‘penuh’
Belum naik aja kereta sudah super luar biasa sangat amat penuh sekali!
Penumpang2 yang berangkat dari sta Bekasi hanya bisa menumpang kereta itu dengan bergelantungan di sepanjang lokomotif dan naik ke atas gerbong.
Aku bilang sama mas Purbo, gelap2 gini manjat atap kereta? Nggak ah! Saya masih pengen ke
Aku ga takut mati, tapi kayaknya ga elegan kalau mati jatuh dari atap gerbong kereta.
Petugas sta yang ternyata di belakang saya juga ngomong, Nanti masih ada kereta satu lagi kok pak
Nunggu kira2 15 menit akhirnya kereta kedua datang juga. Puuuueeeenuuuh juga! Tapi masih bisa mendesak masuk ke dalam.
Ga tahunya…oalaaaaaahhhh! Kereta ga berangkat2 ga ngerti nungguin apa!
Sementara sepasukan penjual wira-wiri bawa bakul segede tank!
Jualan minuman, korma, nangka, tomat, tahu, pisang, roti, jeruk, blewah, kacang, nasi, koran, korek api, ikat pinggang, buku anak2, permen, tissue, sendal, gunting kuku, henpon blackberry (*hehe yang terakhir ini aku ngapusi)
Semua serba seribu!
Yang seribu saja…seribu saja…
Silahkan dipilih…dipilih…seribu ajah!
Aku mikir….wew! trus labanya berapa ya? Sehari bisa dapet duit berapa ya?...
Katakanlah laba 200 rupiah, bisa jual 100 buah, baru dapat 20 rebu!!....
Sebulan kerja ga pake libur cuma dapet 600 rebu… di
Dibanding mereka, betapa kaya nya saya!
Mustinya dari Bekasi ke Cikarang hanya ada 2 stasiun kecil: Tambun dan Cibitung. Tapi kereta ini……. Ya Tuhan! Ya Dewa Yunani!!!….ga cuma berhenti di tiap sta,siun tapi tiap ada perkampungan, pengkolan dan gang seuprit, kereta berhenti!!!!
Astaga! Ini kereta apa angkot!!??
Aku menahan diri untuk tidak berteriak, “kiriii…bang!!” karena kuatir kereta pasti juga akan berhenti!
Hihihihi…..
Mustinya kalau naik angkot atau bis dari bekasi ke cikarang hanya 30 menit, ini satu jam lebih saja belum sampai.
Whe la dalah! Gusti!...paringana notebook! (*hehe..iya, lagi pengen punya nih! Sehari sebelumnya liat di Taman Anggrek ada notebook HP mini cuma 4 jutaan)
Ujug-ujug, saya terpaku melihat dari ujung gerbong satunya ada yang ngesot.
Bukan! Bukan suster ngesot! Tapi cowok abege gitulah. Rupanya dia adalah pemulung.
Kadang ngesot kadang jalan pakai lutut sambil menyapu sampah dari bawah kursi dan lorong: botol air, plastik, daun pembungkus lemper, kulit kacang….
Sampai di depan saya, di bagian sambungan gerbong, dia menyortir sampah itu; yang bisa dia jual dimasukin plastik besar, sisanya dia buang keluar pintu.
Duh!
Ngeliat para pengasong ‘seribuan’ aja saya sudah merasa luar biasa di limpahi; apalagi melihat si abg pemulung ini.
Segitu susahnya nyari duit: musti ngesot dan berjalan pakai lutut di sepanjang gerbong kereta. Mending kalau nyapu notebook HP…hihihi…
Sesampai di Cikarang kami makan di frait-ciken kolonel berkumis, bertiga habis 87 ribu.
Sambil makan aku mikir: para pengasong + pemulung tadi musti kerja berapa hari untuk bisa ngumpulin duit makan disini….
Duh Gusti sing paring urip… ingatkan saya untuk selalu bersyukur untuk KemurahanMu!!!
Jadi ingat :
Tukang asuransi yang nyanyi tiap kali lewat jalan kalianak, “aw,aw… ini bukan duniakuuuh..!”
Tukang gigi di yogya yang ribut melulu pengen pindah kerja, “aku mau pindah ke
Tukang apoteker di
Tukang operasi mata yang kalau sms, “bosen pak! Tiap bulan naik pesawat keliling
Dan tukang-tukang lain yang pengen rasanya aku kumpulin trus aku suruh ngerasain jadi pengasong ‘seribuan’ atau pemulung ‘ngesot’…….
Mau??!